Ethical Challenges in Promoting Mental Health Digital Era

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang sukses menyelenggarakan kegiatan Online Conference “Psychology and Flourishing Humanity” dengan tema “Ethical Challenges in Promoting Mental Health in Digital Era”. Acara ini digelar secara online ini mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan akademisi dan praktisi psikologi.

Kegiatan ini dibuka oleh Prof. Dr. Hj. Rifa Hidayah, M.Si., Psikolog, Dekan Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Dalam sambutannya, Prof. Rifa menekankan pentingnya memahami tantangan etis dalam promosi kesehatan mental di era digital. “Era digital membawa banyak kemudahan, namun juga tantangan tersendiri bagi kesehatan mental. Kita perlu mengedepankan etika dalam setiap intervensi dan inovasi yang kita lakukan,” ujarnya.

Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Prof. Dr. Hj. Umi Sumbulah, M.Ag., Wakil Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Prof. Umi menyoroti pentingnya kolaborasi antar universitas dan lembaga dalam mengatasi isu-isu kesehatan mental. “Kita perlu bersinergi, baik di tingkat nasional maupun internasional, untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental yang baik,” tambahnya.

Online Conference ini menghadirkan tiga pemateri terkemuka. Pemateri pertama, Prof. Khudori, menyampaikan materi dengan tema “The Health Soul in Qur’anic Perspective”, yang mengupas kesehatan jiwa dari perspektif Al-Quran. Dalam paparannya, Prof. Khudori menjelaskan bahwa Al-Quran memberikan panduan komprehensif tentang bagaimana menjaga kesehatan mental dan spiritual. Ia menekankan pentingnya keseimbangan antara aspek spiritual, emosional, dan fisik dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, Al-Quran mengajarkan ketenangan jiwa melalui praktik-praktik ibadah, seperti shalat dan dzikir, yang dapat mengurangi stres dan meningkatkan ketenangan batin. Selain itu, nilai-nilai moral dan etika yang terkandung dalam Al-Quran juga berperan penting dalam membentuk karakter yang sehat dan stabil secara emosional. Dengan memahami dan menerapkan ajaran Al-Quran, individu diharapkan dapat mencapai kesejahteraan jiwa yang optimal.

Pemateri kedua, Prof. Siti Aisyah dari University Technology Malaysia, membahas “The Role of AI on Human Behavior”, menguraikan bagaimana kecerdasan buatan memengaruhi perilaku manusia. Prof. Siti menjelaskan bahwa AI kini memainkan peran signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pengambilan keputusan hingga interaksi sosial. AI mampu menganalisis data dalam jumlah besar dan mengidentifikasi pola perilaku manusia yang kompleks, sehingga dapat memberikan rekomendasi yang lebih tepat dan personal. Selain itu, AI juga digunakan dalam terapi psikologis, seperti chatbot yang dapat memberikan dukungan emosional. Namun, ia juga mengingatkan tentang tantangan etis yang muncul, seperti privasi data dan bias algoritma, yang harus dikelola dengan hati-hati untuk memastikan bahwa teknologi ini benar-benar memberikan manfaat positif bagi manusia.

Pemateri terakhir, Prof. Sefa Bulut dari University Ibn Haldun Turkey, menutup sesi dengan tema “How Can We Increase Flourishing in Society with Positive Psychology”, yang memberikan wawasan tentang cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui psikologi positif. Prof. Sefa menjelaskan bahwa psikologi positif berfokus pada kekuatan dan potensi manusia daripada hanya pada kelemahan dan masalah. Ia menyarankan berbagai strategi untuk meningkatkan kesejahteraan, seperti memperkuat hubungan sosial, mengembangkan rasa syukur, dan mempromosikan optimisme. Selain itu, ia menekankan pentingnya lingkungan yang mendukung, di mana individu merasa dihargai dan memiliki kesempatan untuk berkembang. Dengan menerapkan prinsip-prinsip psikologi positif, masyarakat dapat menciptakan suasana yang lebih harmonis dan produktif, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya pendekatan etis dalam promosi kesehatan mental, serta memperkuat jaringan dan kolaborasi di antara akademisi dan praktisi psikologi di era digital ini.

Fahmi