SAIFUL IS ME as SAIFULISME: Satu Lagi Mahasiswa Psikologi Sumbang Karya Populer

Saifulisme Reporter PsychoNews

PsychoNews – Fakultas Psikologi memang tak tanggung-tanggung untuk melahirkan generasi-generasi yang produktif. Buktinya, dalam satu semester saja, sudah ada empat mahasiswa yang berhasil menerbitkan buku karyanya. Kali ini, reporter PsychoNews berkesempatan untuk mengulas karya milik seorang mahasiswa semester enam, Muhammad Saiful Haq, yang telah menerbitkan buku karya pribadinya melalui Javakarsa Media. Buku tersebut telah berhasil di-lauching pertama kali pada tanggal 15 Oktober 2014.

“SAIFUL IS ME”, demikianlah judulnya. Cover buku yang didominasi warna hitam, merah, dan putih ini menguatkan stimulus untuk mengundang rasa penasaran pembaca. Tak ayal, buku ini sudah terjual ke seluruh pelosok Indonesia. Dalam wawancara eksklusif (31/1), laki-laki yang akrab dengan nama Ipung ini berbagi kisah dan motivasinya menulis buku. “Saya buat buku ini semata-mata untuk menuangkan dan membagikan ide-ide yang ada dalam kepala saya saja, itu kan hasil kumpulan tulisan saya di blog saifulisme.blogspot.com,” ungkapnya. Menurutnya, jika hanya dituangkan melalui blog saja akan hanya bersifat stagnan sehingga menjadi kurang progresif. “Itung-itung berkarya di usia muda,” imbuhnya.

Laki-laki kelahiran Watampone, Sulawesi ini mengungkapkan alasannya membuat judul “SAIFUL IS ME”. “Awalnya saya membuat judul SAIFULISME, yang menggunakan akhiran ‘isme’ di belakang kata ‘saiful’ karena itu berarti sebuah pemahaman, atau sudut pandang bagaimana kita melihat sisi dunia. Jadi buku ini murni merupakan cara saya menyikapi dan memandang berbagai hal di sekitar saya,” tambahnya.

Dalam bukunya tersebut, Ipung menceritakan ide dan pengalamannya ketika berada dalam program-program kampus seperti pengabdian masyarakat. Selain itu, Ipung juga mensharingkan pengalaman spiritualnya ketika mengunjungi Makkah.

Ipung juga mengungkapkan bahwa hendaknya, fakultas maupun universitas berkenan memberikan tempat untuk membantu para penulis muda untuk berkarya. “Seperti halnya penerbitan buku, kalau bisa UIN Press lebih bersikap welcome untuk menerima naskah, sehingga kami bisa merasa ‘ada di rumah’ untuk menerbitkan buku,” katanya. Menurutnya, terkadang pihak internal kampus kurang memberikan dukungan dan kurang terlibat secara langsung dalam melahirkan mahasiswa yang berprestasi ataupun yang punya karya. Sehingga hal ini dirasa bisa menjadi faktor penghambat mahasiswa untuk berkreasi di dalam kampus sendiri.

Ipung berharap, karya tersebut menjadi standar baru bagi teman-teman untuk menghasilkan karya baru tanpa ragu. “Apapun jenisnya, sebuah karya akan menjadi sesuatu yang berharga dalam sejarah, jadi jangan ragu,” tuturnya.

Sebagaimana pesan salah satu tokoh sastra Indonesia, Pramoedya Ananta Toer bahwa, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. (Red.Ms)

 Reporter: Queen Rahmah RZ

>>Simpan Berita