Neno Warisman: Orangtua Jangan Biarkan Anak di Abuse, Hanya Paham Calistung

Neno Warisma Psikologi UIN Malang

PsychoNews – Rangkaian kegiatan Psychofunday 2014 yang diadakan DEMA Fakultas Psikologi tahun ini menampilkan konsep yang cukup berbeda dari tahun sebelumnya. Seminar parenting dan education yang bertajuk “Menumbuhkan Semangat Cinta Al-Quran pada Anak dan Remaja” dengan narasumber Neno Warisman menjadi tonggak pembuka event garapan dewan eksekutif mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maliki. Seminar yang dimoderatori oleh eyang Wiwiek Juwono ini berlangsung di Gedung Ir. Soekarno UIN Maliki Malang (5/12). Wanita yang sekarang aktif di dunia sosial dan pendidikan ini menyatakan bahwa setiap orang akan berprofesi sebagai orang tua. “Kita nggak pasti jadi Dekan, DPR, yang pasti menjadi ibu dan ayah,” ungkapnya. Ia menyampaikan materi bahwa harapan terbesarnya adalah lahirnya generasi yang lebih baik dari orang tua yang lebih baik pula. “Harus lahir generasi yang lebih baik,” katanya berulang-ulang dengan penuh semangat.

Neno menjelaskan, baik dirinya maupun anak-anaknya tidaklah hafal Al-Quran, namun ia senantiasa mengajari anaknya tentang pemahaman Al-Quran dalam perilaku sehari-hari. “The important thing is doing what Allah says. Untuk apa kalian menghafal Al-Quran jika kamar mandi kalian masih kotor? Jika kalian masih membuang sampah dan meludah sembarangan?” imbuh wanita berusia 51 tahun ini. Sehingga menurutnya, “Agama bukan hafalan, agama adalah praktik.”

Wanita bernama asli Titi Widoretno Warisman ini menyampaikan pesan bagi audiens agar senantiasa memandang seorang anak dengan rasa takjub. “Pandanglah anakmu dengan mata keajaiban,” ujarnya. Kemudian ia menambahkan bahwa, “orangtua yang ceroboh adalah yang membiarkan anaknya (yang kecil) di-abuse untuk bisa calisting (baca-tulis-hitung),” Baginya, anak-anak merupakan masa bermain dan jangan dihukum karena mereka sedang belajar. “Tidak ada anak yang nakal, mereka hanyalah belajar dengan cara yang berbeda. Ada tiga hal yang anak dapatkan dengan perilaku yang dianggap nakal, yakni anak belajar mengekspresikan dirinya, membereskan (mengontrol) emosi, dan mempelajari sesuatu dengan detail,” jelas wanita kelahiran Banyuwangi ini.

Cara menumbuhkan semangat cinta Al-Quran pada anak dan remaja bagi Neno adalah dengan menanamkan nilai-nilai ayat Al-Quran dalam perilaku sehari-hari. “Tanam Al-Quran dengan praktiknya, tidak hanya menghafal, tetapi juga maknanya,” ungkap ibu tiga anak ini. Kemudian, ia berpesan bahwa orang tua seharusnya menjadikan anaknya sebagai subjek, bukan objek. Sehingga, orang tua tidak menuntut anak berdasarkan nilai-nilai yang dianut oleh orang tua. Sebaliknya, orang tua membimbing dan mengontrol anak dengan nilai-nilai yang dipahami sang anak.

Neno Warisman merupakan sosok yang sangat inspiratif bagi para orang tua. Ia mendidik anaknya dengan meminimalkan menghakimi sang anak (memarahi). Neno senantiasa memandang anaknya dengan mata keajaiban dan ketakjuban pada dunia anak yang sesungguhnya. Menurutnya, orang tua harus mengizinkan anaknya untuk berbuat salah, karena di sanalah anak akan belajar melalui pengalamannya. Pola asuh demokratis yang dilakukan Neno menjadikan anak-anaknya menjadi pribadi yang memahami Al-Quran sebagai pedoman hidup yang harus dipraktikan, tidak hanya dihafalkan. Itulah bentuk kecintaan yang paling baik pada Al-Quran. Neno mengakhiri materinya dengan sebuah kalimat, “lakukanlah satu ayat dengan seluruh dirimu, itu lebih baik, karena tidak ada hidup yang lebih indah selain hidup bersama Al-Quran,” tutupnya. (Red. Ms)

Reportase: Sofia Musyarrafah

>>simpan artikel