Kesenjangan gender dalam rumah tangga merupakan permasalahan yang tak asing lagi bagi semua orang dimana fenomena tersebut sangat kompleks dan memiliki dampak luas bagi rumah tangga. Dapat lihat kesenjangan gender jauh lebih terlihat pada dinamika keluarga tanpa mengesampingkan aspek lain. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dalam waktu, energi, dan kesempatan bergerak, Serta kesenjangan gender mulai berpengaruh pada komunikasi dan kesejahteraan psikologis anggota keluarga. Kesenjangan ini juga mengakibatkan salah persepsi dimana akan memunculkan sebuah konflik dan ketegangan dalam hubungan keluarga hingga menimbulkan stres pada individu yang merasa tertekan dengan beban yang dirasa tidak seimbang.
Gender merupakan sebagian besar dari identitas kita sebagai laki-laki dan perempuan. Tidak mengherankan, perbedaan-perbedaan ini tercermin dalam banyak stereotip gender, dimana laki-laki lebih sedikit mengekspresikan emosinya dan perempuan lebih emosional. Namun, para peneliti menemukan bahwa laki-laki mengatakan perempuan sebenarnya lebih mirip daripada yang kita kira (Lowa, 2018). Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) gender merupakan seperangkat peran, perilaku, kegiatan dan atribut yang dianggap layak bagi laki laki dan perempuan. Gender mengacu pada peran yang dibangun oleh masyarakat dan perilaku yang dipelajari serta harapan yang dihubungkan pada laki laki dan perempuan, seperti ras, entis, suku budaya, dan kelas. Gender merupakan kategori sosial yang paling menentukan peluang hidup dan partisipasi seseorang dalam masyarkat dan perkonomian. Peran dan hubungan gender berkembang dari interaksi antara kendala biologis, teknologi,ekonomi, dan kendala sosial lainnya (Putri et al., 2019).
Kesenjangan yang terjadi dalam keluarga muncul akibat dari adanya perbedaan pelakuan antara anggota keluarga berdasarkan jenis kelamin, seperti anak laki laki dan anak perempuan. Kesenjangan ini muncul bukan karena ketidaksengajaan tetapi adanya persepsi turun temurun yang dinormalisasikan. Beberapa kasus menunjukkan bahwa perempuan sering kali diharuskan bertanggung jawab yang tidak seimbang terhadap pekerjaan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah, dan mengasuh anak, sedangkan laki-laki cenderung kurang terlibat dalam pekerjaan rumah tangga. Seakan akan perempuan hanya berurusan dengan pekerjaan dalam rumah begitu sebaliknya laki laki hanya berurusan dengan pekerjaan luar rumah. Hal ini menjadi titik awal ketidakseimbangan atau kesenjangan kekuasaan dan kendali dalam rumah tangga hingga sering kali perempuan merasa bahwa kontribusinya terhadap rumah tangga kurang dihargai bahkan tidak dihargai.
Faktor kesenjangan Gender dalam Keluarga
Banyak keluarga terjadi yang namanya kesenjangan gender. Kesenjangan yang terjadi akibat adanya perbedaan perlakuan antara anggota keluarga berdasarkan gender atau jenis kelamin mereka. Faktor penyebab kesenjangan ini sangat bisa bervariasi. Salah satunya adalah tradisi dan budaya yang mempengaruhi persepsi mereka pada perbedaan peran antara laki – laki dan perempuan dalam keluarga. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakadilan dalam pembagian tanggung jawab dan waktu luang antar anggota keluarga. Faktor kedua penyebab kesenjangan ini juga bisa berasal dari stereotip gender, seperti adanya anggapan bahwa perempuan lebih baik daripada laki laki dalam pekerjaan rumah sehingga mungkin membuat perempuan banyak mengambil alih peran tersebut bahkan laki laki sebenarnya bisa melakukan hal tersebut. Faktor ketiga yang tidak kalah penting adalah karena ekonomi. Faktor ini bisa menjadikan kekuatan pada salah satu gender untuk bisa menguasai peran. Sering terjadi dalam keluarga ketika hanya satu orang yang bekerja dan memperoleh penghasilan, maka tanggung jawab keluarga cenderung jatuh pada pasangan yang tidak bekerja. Terjadinya hal itu menyebabkan perempuan cenderung lebih banyak mengambil tanggung jawab rumah tangga karena mereka rata rata bukanlah anggota yang memperoleh penghasilan. Faktor yang mungkin relevan adalah normalisasi dan pola asuh generasi generasi sebelumnya. Orang tua secara tidak sadar mewariskan gagasan tentang peran gender pada anak anak mereka dan dibuktikan dengan terwujudnya pembagian peran dalam keluarga. Faktor faktor lain seperti kurangnya kesadaran dan kurangnya pendidikan akan keseimbangan atau kesetaraan gender dalam keluarga juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya disparatis gender dalam keluarga.
Dampak Kesenjangan Gender dalam Keluarga
Kesenjangan gender dalam keluarga memiliki dampak yang signifikan. Ini terjadi ketika terdapat perbedaan perlakuaan dan kesempatan antar anggota keluarga berdasarkan gender atau jenis kelamin mereka. Misalnya, jika hanya laki laki dalam sebuah rumah tangga yang didorong untuk mengejar karir sementara perempuan didorong untuk fokus pada pekerjaan rumah tangga. Hal ini dapat menciptakan ketidakseimbangan peluang dan pengambilan keputusan. Dampaknya dirasakan dalam banyak hal, seperti perempuan merasa diremehkan atau tidak memiliki kontrol atas kehidupan mereka sendiri yang akan berdampak juga pada pembagian tanggung jawab dalam keluarga, seperti mengasuh anak dan mengelola keuangan. Akibat lain dari itu juga, kesenjangan gender dapat merugikan pada seluruh anggota keluarga karena mempengaruhi potensi individu dan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan. Selain dampak dampak yang telah disebutkan, kesenjangan gender dalam keluarga sangat berdampak terhadap emosional dan kesejahteraan psikologis keluarga. Sebagai contoh, seorang anak laki laki diberi peran diutamakan dan dihargai daripada adik perempuannya, hal in dapat menimbulkan perasaan tidak adil dan rendah diri pada adik perempuannya. Perasaan tersebut dapat menyebabhkan ketegangan dan konflik dalam hubungan keluarga. Selain itu, kesenjangan gender dalam keluarga juga dapat mempengaruhi persepsi anak anak tentang peran gender di masyarakat secara luas, yang kemudian dapat memperkuat dan melanggengkan sikap perilaku seksisme (anggapan laki laki lebih layak menjadi seorang pemimpin). Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa setiap anggota keluarga memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Lowa, universitas negeri. (2018). Peran gender: Laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Psypost. https://www.psypost.org/gender-roles- men-women-not-different/
Putri, R. Y., Azhar, Z., & Putri, D. Z. (2019).
Analisis Kemiskinan Berdasarkan Gender Di Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Kajian Ekonomi Dan Pembangunan, 1(2), 603. https://doi.org/10.24036/jkep.v1i2.6285