Nafis, Alumni Sukses Sebagai Psikolog Klinis di Jerman

Apalah kalau kita merasa sukses hari ini, namun ternyata kita tidak sukses di mata Sang Maha Sukses? Jadi, yang terpenting ialah berjuang semaksimal yang diri kita mampu. Kita tidak wajib sukses, namun yang terpenting kita tercatat sebagai hamba yang turut berjuang atau tidak?

PsychoNews – Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang terus berkomitmen memberikan pendidikan, pengajaran, pengabdian dan keterampilan kepada seluruh mahasiswanya guna menghasilkan sarjana psikologi yang memiliki kompetensi akademik sesuai visi misi fakultas. Baru-baru ini, tepat pada 21 Mei 2017 tercatat sebanyak 800 mahasiswa telah menjadi alumni UIN Maliki Malang. Diantara jumlah itu telah menyumbangkan alumni baru bagi fakultas Psikologi UIN Maliki Malang. Mereka peraih gelar sebagai Sarjana Psikologi (S.Psi) telah berhasil menempuh dunia akademisi. Lulus sejatinya sebuah awal yang bertujuan untuk menjadikan diri mereka mampu berkomitmen dengan gelar yang diraih untuk bergerak positif, membantu dan menginspirasi banyak orang melalui ilmu yang dimiliki.

Dengan tajuk Q & A Inspirasi dari Alumni, sepanjang bulan Ramadhan ini PsychoNews akan memperkenalkan sosok-sosok alumni fakultas Psikologi UIN Maliki Malang dan menyajikan hasil dari wawancara khusus dengan mereka. Saat ini jumlah alumni Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang sudah mencapai ribuan. Mereka tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan di belahan Negara lain. Mereka memiliki pengaruh positif di masyarakat, telah menjalankan karir di bidang Psikologi dan bekerja sama dengan disiplin ilmu serta kompetensi yang mereka miliki.

Nah, sebelum benar-benar lulus dan meraih gelar S.Psi ada baiknya juga kita mempersiapkan diri sebaik mungkin dan mengetahui peluang, kontribusi, karir dan aktivitas yang bisa kita raih dan jalankan sebagai Sarjana Psikologi agar kelak saat lulus kita mampu menjadi lulusan yang kompeten dan berguna bagi masyarakat dan Bangsa ini. Kali ini, PsychoNews akan memperkenalkan sosok inspiratif Nafisatul Wakhidah, wanita kelahiran Magelang 13 Desember 1993. Nafis adalah sapaan akrabnya. Ia merupakan alumni Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang lulusan tahun 2015. Nafis juga aktif dalam berbagai bentuk pengembangan dan pemberdayaan kelimuan melalui komunitas majelis ilmu bernama Maiyah (Majelis bentukan Cak Nun). Agar bisa mengikuti jejak sukses dari para alumni-alumni kita, yuk ikuti ulasan Q & A Inspirasi dari Alumni bagian 1 bersama Nafisatul Wakhidah!

Bagaimana awal mulanya Mbak tertarik untuk belajar di Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang?

Diantara momentum yang memanggil saya untuk masuk jurusan Psikologi adalah Letusan Merapi pada tahun 2010. Saat itu saya masih berusia 16 tahun. Kebetulan Saya tinggal di sekitar Lereng Merapi dan termasuk dalam radius KRB III (Kawasan Rawan Bencana) sehingga mengharuskan kami satu desa mengungsi ke radius lebih dari 20 Km dari Puncak Merapi. Dalam masa krisis dan hampir sebulan berada di Pengungsian itu, Saya menyaksikan dan merasakan sendiri bagaimana kondisi masyarakat yang begitu membutuhkan tenaga darurat berupa Dokter dan Psikolog. Kemudian, dalam rentang masa tinggal dipengungsian itu Saya sempat dipertemukan dengan beberapa Mahasiswa Psikologi dari Universitas Diponegoro Semarang. Itulah titik yang cukup menguatkan saya untuk mengambil jurusan Psikologi di bangku kuliah. Apalagi Indonesia terkenal dengan Ring of Fire-nya, riskan dan cukup sering terjadi peristiwa-peristiwa alam berdampak besar seperti Gunung Meletus, Tsunami, Gempa, Tanah Longsor, dll.

Boleh ceritakan sedikit tentang magang kerja sosial dan apa yang mba pelajari dari program ini di Jerman?

Saya sedang mengikuti program Freiwillige Soziale Jahr, Relawan Sosial Tahunan di Jerman. Kebanyakan program ini diambil oleh para pemuda di Jerman ketika mereka telah lulus sekolah dan belum tahu akan masuk di Universitas mana dan jurusan apa. Program ini sangat baik. Melalui program ini kita bisa menambah kolega, menambah wawasan bagaimana suasana kerja, orientasi, manajemen emosi, sosial, waktu, sistem kerja bagi pesertanya. Selain itu, program ini tidak hanya diikuti oleh warga Jerman saja, warga negara dari seluruh duniapun bisa mendaftar untuk mengikuti program ini selama usianya masih dalam rentang antara 16-27 tahun. FSJ bisa dilakukan di tempat-tempat kerja yang berhubungan dengan Politik, Rumah Sakit, Kindergarten (TK), Sekolah (Grundschule), Orang berkebutuhan khusus, Pariwisata, Perpustakaan, Museum, dan lainnya sesuai keinginan selama tempatnya tersedia. Namun yang perlu dicatat, program ini hanya boleh diikuti sekali seumur hidup saja. Melalui program ini, Saya banyak belajar tentang aplikasi Psikologi klinis, Psikologi organisasi (sistem penanganan pasien seperti terapi). Warga binaan lapas khususnya. Bagaimana dengan prinsip Sicherung (Peamanan) dan Besserung (Membuat lebih baik) mereka yang tersangka dan mengalami gangguan psikologis dikarenakan kecanduan Alkohol dan Obat terlarang.

Sejak kapan mba mempersiapkan diri untuk terlibat dalam program ini?

Selama megerjakan skripsi saya juga menggunakan waktu untuk mengambil kursus bahasa Jerman di Malang. Sebenarnya sewaktu SMA pernah juga mempelajari Bahasa Jerman, namun masih sangat dasar. Kala itu tahun 2014 mulai banyak mencari info-info tentang studi Master di Jerman berikut persyaratannya. Kemudian menemukan pula info tentang program ini, akhirnya dicarilah pula tempat yang diminati kemudian juga belajar kultur orang Jerman dan Eropa pada umumnya.

Apa motivasi mba terlibat dalam program ini? Apa kegiatan mba disana?

Motivasi awal ialah menuntaskan belajar Bahasa Jerman sebagai syarat utama bisa studi Master di Jerman. Selanjutnya dari sini kita bisa belajar langsung budaya, sistem di Jerman dalam penerapan di bidang Psikologi dan Psikoterapi. Kegiatannya kita turut membantu pasien dalam prosesnya memulihkan diri. Diantara aktivitas yang dilakukan seperti menemani pasien dalam berbagai Terapi, turut membantu mengirim Drogen Schrenning (Tes Narkoba) ke Labor, aktif selalu mengikuti perkembangan Pasien dalam Rapat baik dengan Dokter, Psikolog. Terapis maupun Perawat Profesional, atau kadang juga dengan Polisi.

Mengapa mba tertarik untuk berkiprah di dunia Psikologi Klinis?

Diantara alasan awal isah dari Merapi 2010 tadi. Pernah juga beberapa bulan terlibat magang di Bangsal Psikiatri RSUD Saiful Anwar. Apalagi melihat keadaan Indonesia hari ini dengan semakin kompleks dan menariknya kasus-kasus Psikologis seiring perkembangan zaman.

Apa hambatan terberat yang pernah dialami ketika merantau di Negara asing?

Bahasa Jerman menjadi tantangan tersendiri, sedang tantangan lainnya masih bisa ditoleransi. Jerman Negara yang nggak rasis-rasis amat. Mereka cukup toleransi dengan perbedaan agama. Saya sendiri satu-satunya pekerja yang berjilbab di sebuah Rumah Sakit (Pusat Psikiatri) yang telah 200 tahun berdiri dan juga merupakan bekas Munster/Kloster/Katedral besar di wilayah Baden Wurrtemberg.

Bersama teman seperjuangan Nafis Foto Bersama

Bagaimana tips mba untuk bisa belajar Bahasa Jerman di tengah-tengah kesibukan kuliah dan organisasi dulu?

Manajemen waktu ialah hal terpenting disamping pula harus Manajemen prioritas dan lakukan apapun dengan niat tulus serta cinta. InsyaAllah Ilmu akan lebih mudah terserap dalam otak kita.

Menurut mba apa kelebihan dan kekurangan dari tempat magang mba disana?

Sistem di Jerman dengan pemanfaatan Teknologi sangat maju menjadi poin plus tersendiri. Sedang kekurangannnya, mungkin karena Agama bukan menjadi hal paling penting dalam kehidupan sehingga agama bukan menjadi solusi dalam kehidupan mereka. Dalam kondisi Masyarakat Indonesia hari ini, para Psikolog Indonesia sangat diuntungkan akan adanya Kesadaran Beragama masyarakat Indonesia. Saya nggak bisa membayangkan kalau mayaoritas masyarakat Indonesia itu tidak beragama. Di belahan bumi lain, orang ketika tidak mampu menyelesaikan masalahnya ia akan lari dari penyelesaian masalahnya pada Alkohol, obat-obatan terlarang dan berbagai cara agar tidak terbebani masalah. Namun dengan ketegaran dan ketangguhan hati warga Indonesia dengan masalah seberat apapun   mereka masih memiliki sandaran hati, Allah SWT.

Sebutkan dua hal yang memotivasi mba dalam berkarya?

Ada banyak tugas kita sebagai generasi muda untuk turut ambil peran dalam mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan pahlawan yang mengorbankan nyawanya untuk memerdekakan dan menyejahterakan tanah air ini. Tentu jika orang baik tidak mau berjuang mencerahkan saudara-saudara lainnya, maka jangan kaget kalau kemudian akan banyak hal-hal negatif disekitar kita karena ke-apatis-an kita akan kondisi yang ada. Tentu yang paling utama jaga Keluarga kita, kerabat dekat kita dan juga saudara-saudara terdekat kita dimanapun berada.

Siapa tokoh yang menginspirasi mba? Mengapa?

  1. Kanjeng Nabi Rasulullah Muhamad Saw, Cahaya Pertama, Beliau Imam para Pejuang. Dan karena Cinta-Nya pada Kanjeng Nabi-lah kita semua di-ada-kan hari ini.
  2. Bapak dan Ibu, Teladan Kehidupan, Malaikat Pelindung, Pendidik utama yang dihadirkan menemani kita.
  3. Cak Nun, Simbah Guru-nya Bangsa ini yang masih Sugeng.
  4. Guru dan Dosen dimanapun berada, atas segala ilmunya.
  5. Rakyat Indonesia, atas Keteguhannya tetap berjuang dalam kondisi Negara seperti sekarang.

Apa cita-cita mba di masa depan dalam dunia psikologi, khususnya bagi Indonesia?

Indonesia itu penggalan surga. Kalau hari ini dengan Anugrah 17.500 pulau, 300 suku adat berbeda, 6 Agama diakui, pantai terpanjang didunia dan segala kekayaan yang melimpahnya belum mampu menyejahterakan penduduknya, maka pasti ada yang salah dengan manusia-nya, dengan penghuninya. Kita masih ingat pesan dari lagu Indonesia Raya, Bangunlah jiwanya berada diurutan pertama sebelum membangun badannya. Maka yang utama ialah membangun mental manusia sebelum fisik dimanapun berada. Perbandingan antara jumlah Psikolog dan Masyarakat Indonesia yang jauh dari kata seimbang menjadi tantangan tersendiri. Semoga para Psikolog Indonesia semakin membumi. Kalau dokter itu masalah yang ditangani berkaitan dengan fisik sedang Psikolog bergerak di ranah Mental seseorang, yang mana ketika mental sudah terganggu pasti juga akan memengaruhi fisik. Maka, mari berjuang bersama dengan tindakan sekecil apapun itu, untuk membangun mental Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia adalah Bangsa Garuda, dengan segala yang dimilikinya ia tak layak memiliki mental inlander. Dimana, mental inlander merupakan warisan zaman colonial. Cenderung tak percaya diri, gampang gumunan dengan gemerlap kemajuan Bangsa lain. Kalau kita mau mempelajari Nenek Moyang kita, kita akan mengetahui bagaimana hebatnya Peradaban generasi terdahulu dalam sejarah kehidupan yang ada. Seperti pesan Bung Karno, Jangan sekali-kali melupakan Sejarah. Termasuk sejarah dilahirkannya kita ke dunia, agar kau tau kemana langkahmu mengarah. 

Apa pesan mba untuk mahasiswa psikologi UIN Malang yang sedang menjalani pendidikan meraih gelar S.Psi?

Pertama, Kuliah itu bukan untuk sekedar mencari gelar, niatkan kuliah untuk mencari ilmu. Kedua, Belajar Psikologi itu tidak terbatas duduk di kelas atau membaca di perpustakaan (meskipun ini juga sangat penting). Laboratorium yang kita miliki sangat luas. Semakin kita banyak bertemu orang, berorganisasi, berdiskusi dan berinteraksi juga mengetahui masalah-masalah yang ada di masyarakat akan semakin tahu apa yang harus kita pelajari. Seiring perkembangan teknologi dan zaman masalah yang ada pun semakin kompleks dan sebagai mahasiswa Psikologi pasti akan dimintai jawaban-jawaban terkait masalah-masalah yang sedang berkembang.   (Red. Ms)

Reportase        : Wahyu Riska Elsa P

[button href=”http://psikologi.uin-malang.ac.id/wp-content/uploads/2017/06/Nafis-Alumni-Sukses-Sebagai-Psikolog-Klinis-di-Jerman.pdf” rounded=”” size=”btn-mini” style=”red” target=”_blank”]Simpan[/button]