PsychoNews – Ada yang berbeda dari suasana perkuliahan psikologi klinis yang diampu oleh Tristiadi Ardi Ardani, M.Si, Psi. Pagi itu, tepatnya pada hari Jum’at (19/05) perkuliahan dialihkan ke Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Widyodiningrat Lawang (RSJ Lawang). Kegiatan ini sebagai upaya pengenalan lingkungan RSJ kepada mahasiswa psikologi, sekaligus sebagai pengganti Ujian Akhir Semester (UAS) yang akan dilaksanakan pada juni mendatang. Sebanyak 70 mahasiswa dari dua kelas psikologi klinis C dan D berkesempatan untuk mengelilingi rumah sakit terbaik di Indonesia tersebut sembari berinteraksi dengan pasien yang ada disana. Sesampainya disana, rombongan mahasiswa psikologi UIN Maliki Malang ini disambut oleh tiga orang dari pihak RSJ yang akan membantu mahasiswa selama kunjungan disana.
Tempat pertama yang dikunjungi adalah ruang rehabilitasi, yang meliputi ruang pelatihan kerja percobaan dan pengarahan wanita serta ruang terapi occupational. Pada ruang pelatihan kerja percobaan dan pengarahan wanita ini para pasien wanita diberikan pelatihan tata busana seperti menjahit, merajut, menyulam, dan sebagainya. Pelatihan ini diadakan selama 4 kali petemuan dalam seminggu, tujuannya untuk memberikan pengarahan membuat suatu produk barang jadi yang kemudian akan dipasarkan. Selanjutnya menuju ke ruang terapi occupational. Disini, para pasien diberikan berbagai macam terapi guna membantu proses penyembuhannya. Seperti terapi kelompok pada hari senin, terapi olahraga pada hari selasa, dan terapi musik pada hari rabu. Pemberian terapi occupational ini penting dilakukan guna mengajak para pasien untuk berinteraksi satu sama lain melalui terapi kelompok sekaligus mencegah pasien untuk berpikiran kosong dengan mengajaknya menggerakkan tubuh melalui terapi olahraga dan terapi musik.
Tidak sembarang pasien berada didalam ruang rehabilitasi ini, ruang rehabilitasi hanya diperuntukkan bagi pasien yang telah lolos seleksi oleh 3 orang tim ahli yang meliputi perawat, psikolog, dan psikiatri. Rehabilitasi disini sebagai pengisi waktu luang pasien guna mempersiapkan diri kembali ke masyarakat. Para pasien diajak untuk memberdayakan dirinya dengan melalui pelatihan-pelatihan seperti pelatihan tata busana, pertanian, melukis, dan lain-lain. Tujuannya ketika sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, para pasien ini mempunyai rasa percaya diri untuk kembali hadir di tengah-tengah masyarakat.
Selepas berkeliling ruang rehabilitasi, mahasiswa diajak menuju ruang cempaka dan ruang camar. Kedua ruangan ini merupakan salah satu dari banyak ruang pasien di RSJ Lawang. Ketika memasuki ruang ini, mahasiswa bisa melihat dari dekat lingkungan tempat tinggal pasien serta diberikan kebebasan untuk berinteraksi langsung dengan pasien. Mahasiswa tidak melewatkan kesempatan langka ini sedetikpun, banyak dari mereka asyik mengeksplorasi lingkungan tempat tinggal pasien sekaligus melakukan pendekatan untuk menggali lebih dalam kehidupan pribadi pasien, mengingat banyak dari mahasiswa untuk pertama kalinya mengunjungi RSJ. Cahya eka, salah satu mahasiswa yang mengikuti kunjungan di RSJ mengaku bahwa ini merupakan kali pertamanya menginjakkan kaki di RSJ. Cowok kelahiran Tuban ini merasa bahwa penting diadakannya perkuliahan lapangan seperti ini untuk mempermudah pemberian pemahaman kepada mahasiswa secara nyata sesuai dengan fenomena yang ada di lapangan. “Ini pertama kalinya ke RSJ. Menurut aku penting ya perkuliahan klinis di alihkan ke RSJ karena aku mendapatkan banyak ilmu baru terkait psikologi klinis tentunya, dan aku mendapatkan banyak hal baru selama berkunjung disana termasuk untuk lebih bersyukur” tuturnya.
Selepas berpamitan dengan para pasien di ruang cempaka dan ruang camar, mahasiswa kembali ke aula pertemuan untuk mendengarkan materi kesehatan jiwa di masyarakat oleh Ibu Febri dan pemeriksaan psikologis dari Psikolog RSJ Lawang yakni ibu Desi. Pemberian materi dilakukan kurang lebih 1 setengah jam dan dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan oleh Ardi selaku dosen pembimbing kunjungan.
Sebagai penutup agenda kunjungan, mahasiswa diajak untuk singgah di Museum Kesehatan Jiwa Lawang. Disini ada beberapa macam benda-benda kuno maupun perlalatan rumah sakit jiwa pada zaman dulu. Benda-benda tersebut diantaranya alat pamasungan, lukisan-lukisan peninggalan pasien, mesin ketik, embrio manusia yang diawetkan, piano kuno, alat menenun, dan sebagainya. Tak lupa, didalam museum mahasiswa asyik mengabadikan benda-benda dengan kamera masing-masing sekaligus memotret momen-momen kebersamaan perkuliahan terakhir psikologi klinis. Bahagia dan lelah serentak terpancar di wajah para mahasiswa semester 4 ini. Tak disangka, banyak dari mereka yang sebelumnya takut dengan pasien gangguan jiwa menjadi tidak takut lagi dan beranggapan bahwa RSJ tidak seperti apa yang dipikiran mereka sebelumnya.
Sejatinya seseorang yang mengalami gangguan jiwa tidak dapat menerima kekurangan dan kelebihan dirinya sendiri yang berakibat stress berkepanjangan. Stress merupakan reaksi seseorang baik secara fisik maupun psikis apabila ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri. Bila seseorang tidak bisa menyesuaikan dirinya maka akan berakibat pada stress dan mempunyai kemungkinan akan mengalami gangguan kejiwaan. Mereka yang jiwanya mengalami gangguan ini membutuhkan seseorang yang bisa menjadi tempatnya dalam bersandar. Karenanya ketika para pasien telah diperbolehkan kembali ke masyarakat, mereka akan sangat membutuhkan dukungan dari pihak keluarga maupun lingkungannya. Dukungan ini sangat berpengaruh terhadap rasa kepercayaan diri pasien sekaligus sebagai bukti nyata bahwa pasien telah diterima kembali oleh masyarakat disekitarnya.
Bagaimanapun keadaannya, sejatinya Allah swt menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan. Allah swt telah memilih manusia sebagai pengemban tugas kekhalifahan yang ada di muka bumi. Hal ini sesuai dengan firmannya dalam QS. Al-Baqarah : 30 Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah. Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. Sebaik-baik kesempurnaan, pasti ada pula ketidaksempurnaan. Ibarat kutub magnet yang sama saling tolak menolak ketika didekatkan, manusia pun demikian. Tidak ada manusia yang selalu positif maupun selalu negative, semua berjalan beriringan antara positif maupun negative. Maka dari itu ketika ada disekitar kita seseorang yang jiwanya tergoncang janganlah menggunjing atau mengucilkannya, bisa saja ketika itu ia dalam fase hidup yang negative. Karenanya ajaklah ia berkomunikasi dengan cara yang baik, dengan berkomunikasi sedikit banyak membantunya dalam memotivasi dirinya untuk kembali menuju fase positif akan dirinya. Ingatlah, bahwa mereka juga manusia sama seperti kita. Hanya saja mereka belum mampu menyesuaikan dirinya terhadap perubahan yang terjadi didalam lingkungannya. (Red.Ms)
Reportase : Wachidatul Zulfiyah
Editor : Fauza Nurhidayah
[button href=”http://psikologi.uin-malang.ac.id/wp-content/uploads/2017/06/Kunjungan-Mahasiswa-Psikologi-Klinis-di-RSJ-Lawang.pdf” rounded=”” size=”btn-mini” style=”red” target=”_blank”]Simpan[/button]