Gubuk Klasik: Komunitas Sejuta Inspirasi

Penerimaan donasi buku dari Rumah Sebuku Gubuk Fajar
Penerimaan donasi buku dari Rumah Sebuku Gubuk Fajar

PsychoNews – Ada yang berbeda dari aktivitas perkuliahan mahasiswa semester tiga, yang diampu oleh Wakil Dekan III Fakultas Psikologi, Bapak Mahpur yang merupakan dosen pengampu mata kuliah psikologi sosial. Menciptakan project sosial yang merupakan sebagian inti sari dari mata kuliah psikologi sosial, dimana mahasiswa menciptakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat. Kegiatan ini juga bernilai entrepreneur seperti; ada yang berjualan permen lalu lintas, ada yang menjual aneka produk motivasi seperti gelas mug yang berdesain kata-kata motivasi, kue bolu coklat dan pandan semangat, serta konseling sebaya di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly (MSAA), maupun terjun langsung di beberapa Sekolah Dasar  (SD) dan Sekolah Menengah Atas (SMP).

Ada yang menarik dari salah satu project sosial yang dilakukan di suatu kelas yang digagas oleh Wahyu Gita Cahyani, dan kawan-kawan. Mereka mendirikan sebuah Komunitas Gubuk Klasik (Gubuk Keluarga Asik). Bagaimana asal mula dinamakan gubuk klasik? Komunitas yang awal didirikannya memilih remaja sebagai objek sasarannya, akhirnya memerlukan sebuah nama yang unik dan tentunya bisa eksis di tengah-tengah kalangan remaja pada umumnya. Ada pepatah yang mengatakan bahwa nama adalah sebuah do’a. Wahyu Gita, dkk berharap dengan diberikannya nama Gubuk Klasik ini, supaya remaja yang menjadi sasaran komunitas ini bisa menjadi keluarga yang asik. Harapan dari adanya komunitas ini, yakni bisa menciptakan suatu kondisi yang kondusif di dalam lingkungan keluarga. Karena bagaimanapun, keluarga merupakan agen sosialisasi pertama bagi anak dalam mengenal lingkungan sekitarnya.

Pada awalnya komunitas ini digerakkan oleh lima orang yaitu Wahyu Gita, Jemmima, Nuron , Lana Maimuna, dan Ummumatul Adibah yang mana mengikuti lomba Social Interferention di Universitas Padjajaran (Unpad). Dalam lomba Social Interferention ini mengharapkan peserta dapat membuat sebuah program yang real untuk masyarakat. Akhirnya setelah berkonsultasi dengan dosen pengampunya, para penggerak ini akhirnya bergabung dengan program yang diadakan oleh dosen Fakultas Psikologi di daerah Singosari yang memfokuskan diri kepada anak-anak balita dan ibunya. Sedangkan untuk para remaja masih belum ada yang memfasilitasinya, sehingga inilah kesempatan emas bagi Wahyu Gita, dkk untuk berpartisipasi dalam program ini dengan berfokus pada kejahatan seksual dan pendidikan moral dengan sasaran para remaja. Para penggerak ini juga bekerja sama dengan karang taruna dan mereka-pun diberikan kepercayaan untuk memegang kendali karang taruna di desa Candi Renggo. Karena kegiatan karang taruna yang dilakukan belum berjalan dengan maksimal., para inisiator ini memberikan sebuah program kerja yang dibutuhkan oleh remaja desa Candi Renggo dengan program utamanya meningkatkan produktivitas remaja. Dari sinilah, awal mula didirikannya komunitas gubuk klasik.

Kelompok penggerak ini terus berlanjut hingga kelas psikologi sosial.. Mereka menjalankan kembali komunitas gubuk sosial ini untuk project sosial yang mereka gagas dengan menambah dua personel baru, yakni Dio Afiv Prasetyo dan Ahmad Andi Setiawan. Meski tetap mengusung gubuk klasik, para penggerak ini merubah sasarannya pada anak-anak kecil di project sosial ini yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan minat baca anak-anak yang didasari oleh sikap keprihatinan mereka terhadap minat baca anak-anak sekarang yang semakin berkurang. Project sosial ini bertempat di Pondok Pesantren Al-Fudholli, Karang Ploso, Malang. Project sosial yang dilakukan oleh komunitas gubuk klasik ini mempunyai beberapa kegiatan, diantaranya Taman Baca, Halo Alfabet, dan Huruf Jadi Keterampilan (HuJan). Untuk mewujudkan itu semua, didirikanlah Taman Baca. Dalam mendirikan taman baca ini, mereka bekerjasama dengan Rumah Sebuku Gubug Fajar Singosari, yang mana Rumah Sebuku Gubug Fajar Singosari ini merupakan suatu organisasi yang menfasilitasi orang-orang yang berkeinginan untuk mendirikan taman baca. Setelah mendapat bantuan berupa 1 kardus buku bacaan, para penggerak project sosial ini langsung membuat taman baca di Pondok Pesantren Al-Fudholli.

Setelah program taman baca sukses, para penggerak ini langsung menuju ke program selanjutnya, yakni program Halo Alfabet. Inti dari program ini adalah mengenalkan huruf-huruf pada anak-anak yang belum bisa membaca supaya mereka bisa membaca dengan lancar. Untuk bahan bacaannya, para penggerak menggunakan buku-buku yang ada di taman baca. Sehingga terjadi kesinambungan antara taman baca dan program halo alfabet. Nah, kalau anak-anak ini sudah lancar membaca, maka akan naik lagi kompetensinya, yakni Hujan. Anak-anak yang sudah lancar membaca akan diajak untuk membuat kerajinan, seperti scrapbook yang berisi huruf-huruf yang nantinya hasil kerajinan tangan itu akan diberikan ke orang lain yang belum bisa membaca. Jadi intinya, anak-anak diajarkan membuat media pembelajaran untuk orang lain yang belum bisa mengenal huruf. Selain membantu menggerakkan anak-anak ini untuk membaca, komunitas gubuk klasik ini juga mengajarkan kepada anak-anak untuk membantu orang lain melalui karya-karya yang mereka hasilkan.

Sebagai mahasiswa psikologi, belum lengkap rasanya jika tidak diadakannya sesi konseling bagi siapapun yang ingin mencurahkan masalahnya. Maka dari itu, Wahyu Gita, dkk pada awal pertemuannya menekankan aspek attachment (kelekatan) supaya anak-anak bisa membangun kepercayannya kepada mereka. Hal ini sangat efektif, sehingga jika anak-anak sedih, anak-anaklangsung meluapkan keluh kesah mereka kepada teman-teman penggerak gubuk klasik ini.

Komunitas gubuk klasik ini mendapatkan respon yang positif bagi masyarakat, terutama bagi anak-anak dan kedua orang tuanya. Kedua orang tua Akmal, salah satu anak dampingan dari komunitas gubuk klasik ini mengaku bangga akan adanya kegiatan yang dilakukan komunitas gubuk klasik ini. Menurutnya, Akmal yang sudah mengenyam pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) yang hampir tiga tahun ini dulunya malas belajar, dengan hadirnya komunitas gubuk klasik ini minat belajarnya perlahan-lahan mulai muncul. Bukan hanya anak-anak dan orang tua saja yang merespons baik adanya komunitas gubuk klasik ini, para pengurus pondok juga merespons dengan baik kegiatan yang dilakukan oleh teman-teman komunitas gubuk klasik ini. Dengan adanya berbagai respon yang positif ini menandakan bahwa komunitas gubuk klasik yang didirikan Wahyu Gita, dkk bisa diterima di kalangan masyarakat pada umumnya. Serta komunitas ini memberikan sumbangsih yang besar bagi semangat belajar anak-anak di Ponpes Al-Fadholli ini.

Meskipun komunitas ini pada awalnya didirikan karena keinginan untuk berpartisipasi dalam lomba Social Interferention, para penggerak berkomitmen akan terus melanjutkan komunitas gubuk klasik ini dengan cara mengajak orang lain untuk ikut didalamnya. Sehingga, kedepannya komunitas ini akan terus berkembang dan bisa memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitarnya.

“Kami berharap supaya komunitas gubuk klasik ini menjadi komunitas yang bercabang, bercabang disini maksudnya komunitas ini ada di setiap daerah, seperti komunitas Save Street Child yang sudah ada di beberapa kota besar, seperti Malang dan Surabaya. Kami juga berharap kegiatan ini akan terus-menerus ada, meskipun bukan kami lagi yang menjalankan.” tegas Wahyu Gita

Komunitas gubuk klasik ini, diharapkan akan menciptakan anak-anak yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, semangat belajar yang keras, dan percaya akan kelebihan yang dimiliki masing-masing. Sehingga, ini sebagai suatu wadah pengaktualisasian diri bagi anak-anak. Menurut Abraham Maslow, aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri seluruh manusia. Aktualisasi diri mendorong manusia sampai kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan ciri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.

Allah SWT mendorong agar setiap umat muslim untuk menggunakan pikirannya dalam menyingkap rahasia semesta, sehingga manusia akan bertambah yakin terhadap kekuasaan dan keagungan Allah SWT. Hal ini tercantum dalam firman Allah QS. Al-Baqarah: 164, yang artinya “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi. Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. Untuk mencapai hal tersebut, penting bagi manusia untuk memahami terlebih dahulu esensi dari QS. Al-Alaq 1-5 yang diturunkan pertama kali oleh Allah SWT. Ayat yang pertama kali turun ini pada dasarnya merupakan bantuk perintah untuk memperhatikan pengetahuan. Hal ini karena pengetahuan sangat penting perannya bagi manusia, khususnya dalam mempelajari sains dan teknologi. Sehingga, dengan membaca ini terjadi suatu perubahan, baik perubahan pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu atau bahkan perubahan tingkah laku dan sikap yang merupakan ciri dari keberhasilan aktivitas belajar. (Red.Ms)

Reportase        : Wachidatul Zulfiyah

Editor                : Fauza Nur Hidayah

[button href=”http://psikologi.uin-malang.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/KOMUNITAS-GUBUK-KLASIK.pdf” rounded=”” size=”btn-mini” style=”red” target=”_blank”]Simpan[/button]