Parenting: Volunteer TeSA Berbagi Tips Pola Asuh Anak

tesaFPsi UIN Maliki Malang – Senin (17/02/2014), volunteer TeSA yang ditugaskan di Kelurahan Merjosari berkesempatan mengisi pertemuan ibu-ibu di Pos PAUD Mawar Merah RW 04 Kelurahan Merjosari. Pada pertemuan yang diadakan sebulan sekali pada minggu ke-3 itu dihadiri oleh Ibu Minariasih selaku ibu lurah dan sekaligus ketua dari pos PAUD Mawar Merah, guru-guru pengajar PAUD serta ibu-ibu wali murid di Pos PAUD tersebut. Kegiatan rutin itu dimulai pada pukul 09.45 WIB dengan pembacaan istighosah bersama, dilanjutkan dengan sedikit pengarahan dari Ibu Minariasih dan pengisian oleh volunteer TeSA. Tema yang disampaikan pada pagi hari itu tentang parenting. Para volunteer mengubah suasana menjadi santai agar ibu-ibu menjadi bisa terbuka, saat nanti diadakan diskusi bersama. Saat dimulai volunteer menyakan kepada ibu-ibu yang hadir mengenai apa yang diinginkan untuk mendidik putra-putrinya. Ada yang mengatakan menginginkan putranya bisa mandiri, ada yang mengatakan bahwa ingin anaknya tidak nakal, tidak malas dan masih banyak lagi keinginan dari para ibu-ibu tersebut.” Apa ya mbak, saya ingin anak saya tidak nakal, tidak rewel, dan nggak males, “ kata ibu yang berbaju orange itu dengan malu-malu.

Selanjutnya, para volunteer menyampaikan tentang beberapa macam pola asuh anak, yang terdiri dari pola asuh otoriter, permisif dan demokratis. Diantara ibu-ibu sudah ada yang pernah mendengar istilah tersebut, namun belum mengetahui maknanya. Namun sebagian besar dari meraka belum pernah mengetahui sejatinya ketiga istilah pola asuh itu. Setelah beberapa menit volunteer menyampaikan, terlihat ibu-ibu mengangguk-anggukkan kepala mereka, tanda mengerti. Setelah itu, volunteer menyampaikan sebagaimana pesan dari Bu Minariasih untuk menyinggung tentang kekerasan terhadap anak, khususnya kekerasan psikis. Sebagai pengantar, volunteer kembali mengajak ibu-ibu yang hadir untuk saling terbuka dengan menanyai masalah perlakuan mereka kepada anaknya. Banyak diantara mereka yang terbiasa memukul, mencubit, atau menjewer anak-anaknya. Bahkan men-judge anak dengan istilah nakal, malas, tidak mandiri sudah dianggap biasa. “wah ya sering mbak, nyubit, bilang nakal kalau anaknya lagi rewel,” celetuk salah seorang ibu.

Celetukan ibu tadi langsung disambut dengan pengakuan-pengakuan dari para ibu bahwa mereka juga melakukan hal yang sama. Tenyata kekerasan fisik maupun psikis terhadap anak sudah menjadi biasa bagi seorang ibu disana. Mereka tidak menyadari dampak yang akan anak mereka alami dari perlakuannya tersebut. Kemudian, volunteer sedikit berbagi ilmu dengan menjelaskan berbagai macam kekerasan serta dampaknya bagi anak. Kegiatan berlanjut dengan diskusi bersama, para ibu curhat tentang permasalahan anak mereka dan volunteer menanggapi serta memberikan sedikit saran kepada mereka. Walaupun banyak ibu yang antusias untuk bertanya, ada beberapa dari mereka yang enggan untuk mencurahkan isi hati mereka. (Red. @Surur_ID)

Kontributor: Cahya

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *