Indra Sjafri; Membangun Mind Set Pemain TIMNAS U-19 (Part II)

Indra Sjafri Psikologi UIN MalangFPsi UIN Maliki Malang – “Sebelum pertandingan mari tanamkan dalam mindset kita, bahwa juara bukanlah segalanya namun pengalaman setiap individu pemain yang lebih berharga, dan jangan lupa berdo’a.” Ungkap Indra Sjafri pelatih Timnas U-19 saat Seminar Psikologi Olahraga di Sport Center UIN Maliki Malang (7/12/13). Dalam hal ini Indra menekankan kepada para pemain bukan hanya fokus pada kemenangan, melainkan harus melalui proses yang dilakukan secara baik dan optimal. Semangat para pemain Timnas U-19 semakin meningkat ketika mindset yang mereka miliki adalah proses yang terbaik dan harus dilakukan, bukan hasil akhir yang diutamakan. Mindset seperti ini seharusnya ditanamkan kepada para pemain karena mampu mengurangi kecemasan yang dialami, dan menekankan bahwa kemenangan bukan menjadi “beban” melainkan “bonus”, dari proses yang dilakukan dengan baik. Secara tidak langsung permainan yang akan diciptakan adalah permainan yang fair karena orientasinya adalah memberikan permainan terbaik bukan hasil terbaik.

Selain itu, sebelum bertanding pelatih membiasakan berdo’a terlebih dahulu, karena do’a mampu memberikan aura positif bagi para pemain.  Efek berdo’a tersebut bisa membuat para pemain menjadi lebih percaya diri (self confidance), karena di dalamnya terdapat essensi bahwa masih ada kekuatan Tuhan yang membantu. “Ketika kita percaya bahwa Tuhan juga ikut membantu, maka kita pasti optimis bahwa kita dapat melakukan yang terbaik” esensi yang dimaksud (red).

Perkiraan  yang akan terjadi ketika pertandingan dan simulasi latihan awal merupakan satu kesatuan psikologi yang tidak terlepas dari prediksi yang akan terjadi.  Sementara untuk memprediksi membutuhkan “spion” untuk berkaca ke belakang. Seperti filosofi ayunan “menariknya ke belakang terlebih dahulu untuk bisa maju ke depan”, hal tersebut yang dilakukan para pemain Timnas U19 untuk membangun dapur fisik dan mentalnya sebelum berlaga di lapangan hijau. Berbicara tentang dunia olahraga tidak akan pernah ada habisnya, terutama sepak bola. Berbagai sudut pandang bisa kita jadikan sebagai bahan analisis untuk  membahasnya, termasuk psikologi. Mengapa psikologi dikaitkan dengan dunia olahraga atau sepakbola?. “Hal ini bukan persoalan yang tiba-tiba namun sebuah proses, Psikologi terdiri dari aspek fisik dan psikis. Olahraga merupakan bentuk gerakan fisik yang jika diolah akan berdampak positif pada psikisnya,” penjelasan Guntur Cahyo Utomo, mental coach (Psikolog) Timnas U-19 yang memboyong psikologi ke dalam ranah olahraga.

Mengapa psikologi tidak bisa dipisahkan dari olahraga? Di dalam olahraga ada beberapa keterampilan yang harus dipenuhi. Pertama, skill yang harus dimiliki oleh setiap pemain. Kedua, sepak bola tidak bisa disetting seperti “game”, dibutuhkan proses untuk analisa (olah rasa), artinya kecerdasan seorang pemain diperlukan untuk memutuskan gerakan sepersekian detik, jika tidak bisa mengambil keputusan dan menganalisis dengan cepat, maka akan gagal. Ketiga, kemampuan fisik. Waktu 45 menit dua kali bukanlah waktu yang sebentar untuk terus melakukan gerakan, oleh karena itu latihan fisik juga terus dilakukan untuk mendukung kekuatan fisik para pemain. Faktor yang keempat adalah faktor mental. Disinilah latihan mental didukung oleh praktisi psikolog yang telah berpengalaman dibidangnya agar sesuai harapan para pemain dan pelatih. Secara umum proses latihan mental tidak bisa dilakukan oleh semua orang, dibutuhkan seorang ahli yang mampu mengolahnya, termasuk psikolog. Layaknya semboyan “men sana in corporesano?”, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, (TM).

Kontributor    : Tayuh M

Redaktur          : @Surur_ID

Baca Juga:

Galery Psikologi Olahraga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *