Serpihan Psikologis Pesan Damai Malang Dalam Konferensi ICIS 2015

ICIS 2015 Psikologi
Keynote Speaker: Mantan PM Malaysia Tun Dato Sri Haji Abdullah bin Haji Ahmad Badawi Dalam Forum ICIS 2015

PsychoNews – Civitas UIN Maliki antusias menyambut ICIS (International Conference for Islamic Scholars) selama tiga hari (23-25/11). Konferensi internasional yang dibuka pada hari Senin (23/11) ini diikuti oleh kurang lebih 60 ulama dan guru besar dari seluruh dunia. Forum ini juga mampu menghadirkan orang-orang penting yang ada di Indonesia, diantaranya wakil presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla. Selain itu, hasil luar biasa, Malang Message, yang terumuskan di forum tersebut ini membuat semua civitas akademika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mendapat kehormatan untuk menyaksikan proses tersebut.

Agenda inti diadakan pada hari kedua, yakni diadakannya diskusi panel yang mengundang pembicara dari luar negeri maupun dalam negeri. Materi yang disampaikan begitu menarik hingga membuat audiens yang jumlahnya tidak kurang dari 700 orang di ruangan tersebut sangat antusias menyimak diskusi. Materi pada diskusi-diskusi panel lebih banyak menjelaskan mengenai perkembangan Islam dewasa ini. Islam yang berkembang saat ini memiliki begitu banyak tantangan. Sehingga, kita harus benar-benar mempunyai pengetahuan dan sejumlah informasi dalam menyikapi dan mengikuti perkembangannya agar tidak ketinggalan dan terbawa ke arus pengaruh negatif.

Dr. Habibah Junaidi salah satu, dosen Pasca Sarjana IAIN Antasari Banjarmasin ini menyatakan bahwa Islam saat ini memiliki banyak tantangan. Banyak pendapat yang membuat Islam saat ini terpojok dan menjadi bahan gunjingan di setiap sisi dunia. Sehingga, di sinilah ilmu harusnya dihunakan. Ilmu yang dimiliki oleh setiap individu harus bisa digunakan untuk menganalisis secara positif apa itu Islam dan bagaimana seharusnya kita menyikapi Islam yang telah terpojok seperti saat ini. Oleh karena itu, ilmu sangat penting perannya bagi setiap individu, khususnya muslim di seluruh dunia. Begitu pun bagi masyarakat di Indonesia yang seharusnya dapat menyikapi perbedaan-perbedaan yang ada saat ini. Adanya perbedaan tidak seharusnya digunakan untuk saling mengunjing ketika berpendapat, namun sebaliknya hal tersebut mampu membantu kita untuk menyelesaikan masalah-masalah agama. Selain itu, kita dapat saling bertoleransi kepada semua umat beragama, terutama pada agama Islam itu sendiri.

Lantas, apa dan bagaimana sebenarnya Islamophobia itu? Menurut Prof. Dr. Michael Privot asal Belgia, Islamophobia merupakan cara pandang seseorang tentang Islam. Islamophobia bukan seperti persepsi kebanyakan orang yang mendefinisikan hal tersbebut sebagai pandangan dan cara mengkritik Islam secara kejam. Seharusnya, orang-orang mampu menyikapi bagaimana Islamphobia yang sesungguhnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr. Privot, subjek dari Islamophobia kebanyakan dari perempuan. Penelitian yang dilakukan di Eropa ini mencakup beberapa daerah di Belgia, Belanda, dan daerah Eropa lainnya.

Kemudian, bagaimanakah peran Psikologi dan ilmu sosial lainnya saat ini dalam menyikapi berbagai masalah yang terjadi dan menyeruaknya pendapat tentang masalah tersebut? Psikologi dan ilmu sosial lainnya tentu sangat diperlukan karena banyaknya problematika yang mungkin dapat mengganggu kejiwaan dari para penganut agama yang telah menyalahi aturan. H. Asy’Ari selaku Pengurus Wilayah NU Kalimantan Barat pun angkat bicara. Ia menyebutkan bahwa tantangan sekarang ini harus segera disikapi dengan bantuan Psikolog maupun Sosiolog. “Psikolog sangat diperlukan saat ini untuk menangani perilaku para penganut agama maupun kejiwaan orang-orang yang telah salah dalam mempersepsikan bagaimana Islam itu seharusnya. Sosiolog juga sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam lingkungan masyarakat, dimana banyak pengaruh yang berkembang saat ini. Pengaruh yang ada membuat masyarakat mudah tergoyah dengan adanya masalah yang menjadi tantangan Islam di seluruh dunia tersebut,” paparnya.

Kembali pada pernyataan Dr. Hj. Habibah yang menyatakan bahwa ilmu sangat penting untuk menyelesaikan masalah dan tantangan yang ada saat ini. Ilmu tersebut didapat dan diperkuat oleh akidah, akhlak, dan nilai moral yang ada. Selain itu, toleransi dalam beragama seharusnya selalu dijaga untuk mewujudkan perdamaian, baik di dalam maupun di luar negeri. Beliau pun tak lupa untuk memotivasi para remaja agar tetap teguh pendirian dan tidak sampai terpengaruh dengan organisasi luar yang telah menyesatkan Islam. “Selalu yakin bahwa Islam merupakan agama yang Rahmatan Lil’alamin dan hanya ada satu agama yang harus diyakini dengan benar, yaitu Islam. Sesuai dengan ayat Al-Quran yang berarti“ sesungguhnya agama yang diridhoi Allah adalah agama Islam,” ungkapnya pada akhir sesi wawancara dengan PsychoNews.

Serangkaian agenda ICIS berjalan dengan sukses dan ditutup langsung oleh wakil presiden Jusuf Kalla. Penutupan yang diadakan pada hari ketiga ini berlangsung dengan sangat khidmat dan meriah, serta memberikan kesan membanggakan bagi seluruh audiens. (Red. Yra)

Reportase : Fauza Norhidayah

Editor         : Sofia Musyarrafah

[button href=”http://psikologi.uin-malang.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/Pesan-Damai-ICIS-2015.pdf” rounded=”” size=”btn-mini” style=”red” target=”_blank”]Simpan Berita[/button]