Nerimo ing Pandhum antarkan Mahasiswi Psikologi Juarai Call for Paper Tingkat Nasional

Setyani dan Ninda pamerkan trofi juara I call for paper dalam Temilnas ILMPI
Setyani dan Ninda pamerkan trofi juara I call for paper dalam Temilnas ILMPI

Psychonews – Nerimo ing pandhum adalah salah satu filsafat Jawa yang diangkat oleh tim mahasiswi psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang pada lomba Call for Paper dalam rangkaian kegiatan Temu Ilmiah Nasional (Temilnas) ILMPI se-Indonesia kemarin (18/09). Konsep nerimo ing pandhum ini mampu mengantarkan Ninda dan Setyani untuk meraih juara I dalam ajang bergengsi tahunan tersebut. Acara yang diselenggarakan di Aula Pasca Sarjana ini ini merupakan serangkaian kegiatan Temilnas Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi (ILMPI) dengan tema ‘Warna-Warni Budaya Indonesia’

Sesuai dengan tema Indegineous Psychology, dalam papernya, Ninda dan Setyani mengangkat judul Filosofi Nerimo ing Pandhum pada Lansia. Kedua gadis asli Kediri ini menjelaskan bahwa mereka tertarik dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Jawa. Ketertarikan itu bertambah ketika mereka menjumpai seorang lansia yang menjalani sisa hidupnya dengan penuh makna yang menerapkan salah satu filosifi budaya Jawa, yaitu nerimo ing pandhum.

“Kami mengambil tema ini karena memang tertarik menelitinya, apalagi nilai-nilai seperti itu sangat penting, tapi sayang sering terlupakan oleh sebagian masyarakat Jawa itu sendiri. Maka dari itu, kami berusaha mengangkatnya kembali” jelas Setyani. Selain itu, bagi Setyani, mengkaji manusia menggunakan kacamata sosial budayanya dirasa penting karena tidak selamanya teori dari Barat mampu menjelaskan fenomena yang ada di Indonesia, khususnya di Jawa. “Memang, keilmuan psikologi berasal dari Barat, tidak heran jika teori-teori yang dipelajari juga berkiblat dari Barat. Namun, seperti yang kita ketahui bahwa ilmu psikologi adalah ilmu tentang perilaku manusia, sementara manusia tidak lepas dari konteks sosial budaya di sekitarnya. Sehingga tidak semua teori Barat mampu menjelaskan fenomena yang ada di Indonesia, khususnya Jawa. Maka dari itu, kami rasa tidak ada salahnya jika kita memandang manusia melalui kacamata budaya kita sendiri” tambahnya.

Ninda dan Setyani mengaku baru pertama kali mengikuti Call for Paper seperti ini. Selain itu, ini juga kali pertama mereka mempresentasikan penelitiannya di depan banyak audien. “Iya, ini masih pertama kalinya. Jadi sempat deg-deg-an tadi pas presentasi, hehe. Beda sama presentasi di kelas” kata Ninda sambil tertawa. Meskipun baru pertama kali mempresentasikan hasil penelitiannya, antusias audien dan dewan juri sangat tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya audien yang memberikan feedback baik berupa pertanyaan maupun tambahan untuk presentasi mereka. “Audien tadi banyak yang memberi pertanyaan atau tambahan, dewan juri juga, memberi pertanyaan dan masukan-masukan yang membangun untuk kami” ucap Setyani.

Ninda berharap pencapaian ini dapat memberi motivasi untuk melakukan penelitian dan menambah khasanah keilmuan psikologinya. “Ya, harapannya bisa memotiasi untuk meneliti dan menambah khasanah keilmuan psikologi” kata Ninda. Hampir sama dengan Ninda, Setyani berharap pencapaiannya dapat memberi motivasi untuk melakukan penelitian. Selain itu, ia juga berharap agar semakin banyak orang yang meneliti dan mendalami nilai-nilai yang ada di sekitarnya. “Harapannya selain memotivasi untuk melakukan penelitian, juga semakin banyak yang mengkaji tentang nilai-nilai kebudayaan di Indonesia” tambah Setyani.

Reporter : Alfinnuha