Efek Gambar Ngakak di Sosial Media Turunkan Tingkat Stress

Facebook rokok

Perkembangan teknologi dan informasi memang sudah tidak mampu dibendung lagi, mulai dari kalangan atas sampai bawah semua sudah bisa menikmati perkembangan teknologi ini. Facebook dan twitter merupakan sosial media terbesar yang turut dijadikan ajang pamer luapan emosi sang pemilik akun saat ini. Tempo.co (29/6) mencatat bahwa jumlah pengguna facebook di Indonesia saat ini mencapai 69 juta orang. Padahal, enam bulan sebelumnya, jumlah pengguna Facebook di Indonesia hanya 65 juta orang. Ini artinya ada kenaikan sekitar 6 persen. Data statistik yang dilansir CheckFacebook.com, jumlah pengguna Facebook di Indonesia telah masuk 10 besar jumlah pengguna Facebook terbesar di dunia. Indonesia bertengger di peringkat tujuh, mengatasi Australia, Spanyol, dan Kolombia di peringkat 10. Sementara untuk pengguna socmed twitter berdasarkan data versi situs Sycomos, pengguna Twitter dari negara-negara asia mencapai 7.74% dari total pengguna Twitter di berbagai belahan dunia. Peringkat pertama pengguna Twitter di Asia diduduki oleh Indonesia dengan 2.34%, diikuti Jepang 1.47% dan India 0.97%.

Mengingat laju Perkembangan media social baik twitter dan facebook yang ada dimasyarakat patut mendapatkan perhatian. Terlebih sebagian msyarakat menggunakan media sosial ini tidak hanya memanfaatkan media sosial ini untuk menemunkan teman lama dan berbagi, namun juga sebagai ajang untuk mencurahkan dan mengeluarkan emosi yang ditekan dan dirasakan, yang menarik adalah pengguna media sosial banyak yang melakukan editing foto atau membuat kata-kata yang lucu dalam berkomentar maupun berbagi status.

Mungkin kita semua pernah melihat tulisan dalam sebuah majalah lama yang sudah diedit seperti ini “Persulit Mahasiswa, jenazah sulit dikebumikan” atau “Tuhan saja memberikan ujian sebatas kemampuan hambaNya, sementara Dosen?” bahkan ada yang saling berbalas seperti “Truk aja gandengan, masa’ kita enggak” dan dibalas dengan “percuma gandengan, kalo akhirnya seperti ini – gambar truk gandeng kecelakaan” serta bentuk editing foto dan tulisan lain yang serupa dan marak beredar di media sosial.

Fenomena seperti ini sangat menarik untuk diamati,terlebih apabila dikaitkan dengan konsep reality therapy yang telah dikembangkan oleh William Glasser. Dalam konsep reality therapy Glasser (1996) mengatakan bahwa Reality therapy merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan langsung, karena reality therapy menolak adanya konsep sakit mental pada setiap individu, yang ada adalah perilaku tidak bertanggungjawab tetapi masih dalam taraf mental yang sehat. Reality therapy berprinsip bahwa seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dari terapis untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun.

Salah satu tehnik reality therapi yang digunakan oleh Glasser adalah Humor. Humor ini digunakan oleh Glasser untuk mendorong suasana individu menjadi lebih segar dan rileks. Lee Berk dan Stanley Tan, peneliti dari Loma Linda University School of Medicine di California telah menemukan manfaat Humor (tertawa) pada imunitas sejak lama. Salah satu proyek penelitian mereka dipublikasikan pada tahun 1988. Hasil penelitian tersebut mendeteksi terjadinya penurunan secara nyata hormon stres (yaitu hormon yang dilepaskan tubuh pada waktu seseorang mengalami stres).

Hal serupa juga banyak kita temui di dunia social saat ini, beberapa orang melakukan editing foto ataupun membuat tulisan-tulisan yang menarik dan lucu untuk memunculkan efek humor dan menurunkan tingkat stress. Dimedia social juga banyak bertebaran akun-akun lucu yang memilki ribuan follower. Motif mereka mengikuti akun tersebut bermacam-macam, ada yang memang semata untuk mencari lucu-lucuan, menggunakan “tangan ketiga” untuk meluapkan emosi, sampai dengan menjadi sarana untuk menghibur diri.

Dalam hal ini, humor bisa sangat membantu dalam menurunkan tingkat kecemasan. Humor juga mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, membuat kita merasa terlindungi dan memiliki kontrol pada lingkungan kita. Memang kita tidak bisa mengontrol segala yang terjadi dalam hidup kita. Tapi setidaknya kita mampu mengontrol cara kita melihat masalah dan respon emosional yang kita pilih untuk kita tampilkan.

Penulis: Anwar Fuady, MA

>>Simpan Artikel