Indigenous Psychology: Saatnya Menentukan Mainstream Keilmuan dari Tanah Air

Psychology Indigenous APIK 2016
Pengurus APIK 2016: Menggelar Konferensi Pers Menjelang Workshop dan Konggres APIK I 2016

PsychoNews – APIK (Asosiasi Psikologi Indegenous dan Kultural) menggelar Workshop beberapa hari yang lalu (24/01). Workshop dan konggres yang bertajuk Indigenous Psychology ini berlangsung meriah. Tidak kurang dari 45 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Tanah Air meramaikan acara ini. Acara yang digelar mulai tanggal 24-26 Januari 2016 ini menghadirkan tiga pemateri handal yaitu Jhanitra Gavala MSocSc, PGDipEdPsych (incoprating culture into psychological services), Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, MMedSc, Ph.D (kultur pendidikan dan praktek psikologi di Indonesia), dan Moh Abdul Hakim, MA (How to make scientific publication).

Ketua Panitia dalam sambutannya mengatakan bahwa dipilihnya Jogja (Omah Petroek) sebagai tempat penyelenggaraan konggres APIK dinilai sangat relevan dan sesuai dengan tema workshop, “Dipilihnya Jogja sebagai tempat pelaksanaan konggres ini karena jogja memiliki kultur yang terjaga dengan baik, masyarakat disini benar-benar menjaga adat mereka”, ucap Dedy. APIK sendiri sebenarnya sudah sudah di inisiasi sejak tanggal 11 Januari 2014 lalu, namun pelaksanaan konggres yang awalnya akan dilaksanakan pada tahun 2015 diundur tahun 2016 ini.

Konggres ini tidak hanya dihadiri oleh para dosen dan praktisi psikologi, beberapa mahasiswa dari berbagai universitas juga turut meramaikan acara ini. “Saya mahasiswa dari Universitas Bina Nusantara, datang bersama dengan beberapa teman mahasiswa yang lain dan dosen”, kata salah satu mahasiswa peserta workshop. Tidak mau ketinggalan, mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang juga turut berpartisipasi pada acara ini. “Aku datang ke acara ini sama 3 orang mahasiswa dan didampingi 3 Dosen,” ujar Ninda, salah satu peserta dari Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang.

Pada acara ini, Jhanitra Gavala MSocSc, PGDipEdPsych yang tergabung dalam Maori and Psychology Research Unit (MPRU) di Massey University menjelaskan tentang Indigenous Psychology di Aotearoa (Aotearoan adalah Bahasa Maori dari NZ). Pria yang akrab disapa Jhan ini memaparkan tentang super hero concept dalam suku Maori, hasil penelitian tersebut telah menghasilkan 134 artikel. Mengakhiri presentasinya Jhan menyarankan dalam melakukan penelitian indigenous psychology lebih mengarah pada believe system, moral, values, religion, family and cultural capacity as a strong foundation. 

Mengamini yang disampaikan oleh Jhan, Prof Bo (sapaan akrab Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, MMedSc, Ph.D) menjelaskan bahwa diperlukan keberpihakan dan effort dari akademisi psikologi untuk mengeksplorasi potensi dari bangsa ini, tentunya dengan memahami Indonesia dengan menggunakan kacamata Indonesia. Saatnya pengembangan keilmuan di tanah air disandarkan pada akar budaya sendiri, sehingga Bangsa ini mempunyai landasan kepribadian yang kuat dan mengakar. Selain itu Prof. Bo menyoroti tingkat produktivitas para akademisi Indonesia dalam bidang kepenulisan artikel psikologi yang masih perlu ditingkatkan agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Atas keprihatinan tersebut beliau memberikan suntikan semangat untuk menulis artikel yang dilayangkan pada akademisi dan tidak terkecuali pada para mahasiswa “Please do your writing now and do not hesitate with feedback or critical,” jelas Prof. Bo. Beliau menegaskan untuk selalu mengerjakan apa yang mampu dikerjakan dan tidak takut pada kritikan, karena feed back dari orang lain dibutuhkan untuk menyempurnakan tulisan. “Salah satu penyebab tidak banyak orang yang berani menulis karena takut dikatakan jelek tulisannya, merasa belum percaya diri karena orang-orang lebih baik dan sebagainya, Puting all your effort to write. Give the best version of your paper,” ungkapnya.

Hal senada disampaikan Abdul Hakim bahwa perkembangan riset Indonesia masih belum berkembang dengan baik. “Proyek riset psikologi di Indonesia masih belum mendapatkan energi lompatan yang progresif karena penelitian kita tidak terprogram dengan baik. Padahal begitu banyak jurnal yang mencari tulisan terkait Indigenous Psychology salah satunya ialah ASJP (Asean Social Journal Psychology) sebagai bentuk pemberdayaan komunitas dan local wisdom” ujarnya

Istilah indigenous itu sendiri sering dimaknai dengan kepribumian, di mana indegenous psychology hadir untuk menggugah suatu kesadaran bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara Barat dan Timur. Perbedaan tersebut terletak pada aplikasi teori psikologi, yang mana teori psikologi barat belum tentu dapat diaplikasikan secara baik pada orang Indonesia karena memiliki latar belakang budaya yang berbeda. “Indegenous psycology berusaha menjelaskan perilaku manusia sesuai dengan konteksnya,” jelas Prof. Bo.

Hakim berharap dengan adanya workshop dan konggres APIK ini akan menambah semangat menulis artikel dan publikasi ilmiah di Indonesia. “Kedalaman ilmu memang perlu ditingkatkan melalui publikasi ilmiah. Selain kemampuan Bahasa Inggris dan networking, social skill juga amat perlu sehingga publikasi ilmiah bisa lahir secara produktif dan menciptakan masitrem yang kita harapkan,” harap Hakim. Sementara Diana, salah satu mahasiswa peserta workshop dan konggres APIK menyatakan bahwa ia sangat terkesan dengan acara ini dan berharap dapat memberikan semangat menulis artikel serta semangat menggali potensi budaya lokal. “Workshop dan konggres APIK kemarin unforgettable banget, banyak orang-orang keren di sana. Kita sebagai mahasiswa disadarkan untuk berkarya, untuk bisa menggali potensi budaya kita sendiri, bangga akan negeri sendiri bukan malah bangga sama negara orang. Selain itu kita bisa lebih berusaha lagi untuk nulis, riset, berkarya. Dan nanti diseriusin biar bisa terpublikasi.” harapnya. (Red. Af/Yra/Ms)

Penulis             : Setyani Alfinuha

Editor                : Nur Jihan

[button href=”http://psikologi.uin-malang.ac.id/wp-content/uploads/2016/02/Psychology-Indigenous-APIK-2016.pdf” rounded=”” size=”btn-mini” style=”red” target=”_blank”]Simpan Berita[/button]